Pembakaran Alquran Kembali Terjadi, Bukti Lemahnya Kesatuan Islam

Pembakaran Al-Quran Kembali Terjadi, Bukti Lemahnya Kesatuan Islam

Lagi, lagi, dan lagi, kembali terjadi penistaan terhadap kitab suci Alquran. Di mana, kejadian perkara di tempat yang sama, yakni di negara Swedia. Sebelumnya, dilakukan oleh Rasmus Paludan, dan kini kembali dilakukan oleh Salwan Momika.

Aksi tak terpuji ini dilakukan Momika pada momen Iduladha 2023/1444 H yang berlangsung beberapa waktu lalu. Dia melakukan pembakaran Alquran di depan masjid yang berada di Stockholm, Swedia. (sindonews.com, 03/07/2023).

Mengapa hal ini kembali bisa terjadi? Karena disebabkan adanya kebebasan berekspresi (HAM) yang dijamin oleh negara. Jadi, sikap ini merupakan tindakan legal di negera Swedia, sebagaimana diungkapkan oleh Perdana Menteri Swedia Ulf Krisrtersson menyebut aksi Momika sebagai perbuatan, "legal tetapi tidak pantas". (sindonews.com, 03/07/2023). 

Aksi pembakaran Alquran tersebut langsung mendapatkan reaksi kecaman dari kalangan umat Islam yang tersebar di berbagai negara muslim. Namun sayang seribu sayang, mereka hanya mampu mengecam tanpa bisa menghukum atau memberikan sanksi tegas yang dapat memberikan efek jera kepada pelaku sehingga peristiwa pembakaran Alquran masih berpotensi besar untuk kembali terjadi di negara Swedia ataupun di negara lain yang menjunjung tinggi HAM. 

Lantas, sampai kapan kejadian ini akan terus terjadi? Jawabannya, sampai umat Islam sadar kembali untuk bersatu padu pada naungan sistem yang sama dan benar, yakni sistem Islam sehingga tidak akan ada lagi yang berani macam-macam. 

Jadi, selama umat Islam belum menyadari akan pentingnya persatuan, maka sampai itu juga umat Islam akan semakin dipermainkan oleh musuh-musuhnya. Adapun penyebab umat Islam saat ini sulit untuk bersatu karena pemikiran sebagian kaum muslimin masih diselimuti paham sekularisme (pemisahan agama dan kehidupan) sehingga umat Islam melakukan kemaksiatan terbesar, yakni meninggalkan atau mengasingkan sistem kehidupan yang benar. 

Ya, umat Islam telah meninggalkan atau mengasingkan sistem Islam untuk mengatur seluruh aspek kehidupan ini, akibatnya menjadi bulan-bulanan musuh. Sebagian umat Islam saat ini justru mendukung dan berusaha mempertahankan sistem yang rusak, yakni sistem Kapitalisme-Demokrasi, yang menjunjung tinggi HAM, kedaulatan ada di tangan manusia, parameter benar salahnya mayoritas suara terbanyak (voting), dan asas perbuatannya adalah manfaat. 

Oleh karena itu, jika umat Islam betul-betul menjadi umat terbaik, maka solusi fundamentalnya adalah kembali kepada sistem Islam yang menerapkan syariat Islam dalam naungan sistem politik Islam (Khilafah Islamiyyah) sehingga dapat membentuk masyarakat yang Islami. Kemudian, sistem Islam tidak hanya menjaga dan menjamin keamanan umat Islam, tetapi juga umat nonmuslim yang tunduk pada sistem Islam. 

Adapun untuk bisa mewujudkan solusi fundamental tersebut, sangat diperlukan kesadaran diri dari umat Islam untuk selalu semangat mendakwahkan sistem Islam (fiqroh dan thoriqoh Islam) karena hanya dengan dakwah dapat mempengaruhi umat manusia yang lain untuk bisa mengenal keindahan Islam. Kemudian, untuk metode dakwahnya harus secara pemikiran, politik, dan tanpa kekerasan. 

Kenapa harus pemikiran? Karena untuk dapat merubah persepsi manusia harus melalui pemikiran. Sebab, perbuatan berdasarkan prinsip, prinsip berdasarkan pola pikir, dan pola pikir berdasarkan pemahaman. Jadi, manusia yang ingin didakwahi harus diajak tentang sebuah pemikiran tentang siapa diri ini?, dari mana diri ini?, untuk apa diri ini?, dan mau ke mana diri ini? Pertanyaan ini harus dijawab secara tetap dan benar agar dapat membentuk pola pemikiran yang benar pula. 

Kemudian, dakwah politik Islam sangat penting untuk saat ini digaungkan, sebab yang dapat membentuk masyarakat hanyalah politik (negara). Politiklah yang dapat mengintervensi manusia untuk dapat membentuk ikatan yang sama, yakni ikatan pemikiran, perasaan, dan peraturan. Selanjutnya, dakwah tidak boleh dilakukan secara kekerasan, sebab Rasulullah SAW. pun dalam menyongsong peradaban daulah Islam di Yastrib (Madinah) dilakukan tanpa kekerasan. 

Dakwah pun wajib dilakukan secara berjamaah, sebab yang dapat membentuk negara (politik) adalah sekumpulan manusia yang memiliki visi dan misi yang sama, yang disebut kelompok atau jamaah. Jadi, kita yang beragama Islam dan masih memiliki akal sehat memiliki kewajiban berdakwah, sangat penting dan wajib mencari serta bergabung dalam sebuah jamaah dakwah (sesuai dengan perintah Allah SWT. dalam QS. Al-Imran ayat 104) agar bisa menyongsong peradaban islami yang dapat menerapkan syariat Islam secara menyeluruh (kaffah) sehingga ketika ada yang berani untuk melecehkan agama Islam atau agama Allah dapat ditangani secara cepat dan diberikan sanksi yang tegas, sebagaimana pada masa kejayaan Islam yang membuat Eropa pada saat itu segan. 


Oleh: La Remba Garuda, S.T.P.
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال