Mencintai Allah dan Rasulnya Adalah Persiapan Menghadapi Kiamat

Mencintai Allah dan Rasulnya Adalah Persiapan Menghadapi Kiamat  Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto menekankan pentingnya mencintai Allah dan Rasulnya sebagai persiapan terbaik dalam menghadapi hari kiamat   “Kiamat pasti akan datang dan tidak ada persiapan yang terbaik sebagaimana dikisahkan dalam hadis shahih tadi itu, untuk menyongsong hari kiamat kecuali kita betul-betul menempatkan diri kita sebagai seorang yang mencintai Allah dan Rasulnya," ujarnya dalam Khutbah Reminders: Apa Persiapan Terbaik Menyongsong Kiamat? Jum’at (9/6/2023) di kanal Youtobe UIY Official.   Dia menyampaikan dua tanda seseorang memiliki kecintaan kepada Allah dan Rasulnya, pertama tanda sederhana berupa bershalawat kepada Rasulullah SAW   “Tanda paling sederhana kita mencintai bagi Rasul SAW adalah gemarnya kita menyampaikan shalawat kepadanya atau untuknya, sholawat ini diperintahkan oleh Allah SWT dan tidak ada perintah Allah yang Allah ikut melakukannya kecuali sholawat ini” terangnya.   Ia mengatakan ketika seseorang jarang bershalawat kepada Nabi, tidak mau bershalawat kepada Nabi ketika namanya disebut, maka orang itu tidak memiliki rasa cinta bahkan yang paling sederhana sekalipun, sehingga di hari Kiamat kelak dia tidak memiliki tempat penolong.  Kedua ittiba. Ia mengatakan ittiba atau mengikuti Nabi dengan haqqul ittiba (bersungguh-sungguh dan benar dalam mengikuti) di setiap aspek kehidupan. baik berupa menjalankan perintah maupun menjauhi larangan Allah SWT. Apabila seseorang mengaku cinta kepada Nabi tetapi tidak mau mengikuti yang dibawa oleh Nabi, berarti pengakuannya dusta.   “Jamaah sekalian Nabiyullah Muhammad SAW dalam sepanjang hidupnya dia berjuang untuk risalah Islam, untuk tegaknya risalah Islam, tak ada satu hari pun, jangan satu hari satu jam, jangan satu jam satu menit, satu detik pun yang dia keluar dari garis perjuangan Islam," jelasnya.   Ia mengatakan mestinya begitu pulalah umat muslim jika ingin disebut sebagai seorang yang betul-betul mencintai Allah dan Rasulnya. Dan juga selalu berada di dalam barisan pejuang penegak risalah Islam.   "Jika pada faktanya dia Muslim tapi yang diperjuangkan itu sesuatu yang bertentangan dengan Islam, sekularisme, kapitalisme, sosialisme, bahkan komunisme, bahkan bukan hanya itu, dia juga memerangi siapa saja yang memperjuangkan risalah Islam dengan aneka macam sebutan fundamentalislah, radikal, segala macam, pertanyaannya dia itu mengambil teladan siapa? Dan dia ittiba kepada siapa?," tanyanya retoris.   Beliau menekankan bahwasannya sudah seharusnya seorang muslim mengikuti Nabi SAW dalam setiap aspek kehidupannya. "Sebab kalau tidak, apalagi menjadi penentang syariah Islam serta menghalang-halangi risalah Islam, maka posisinya kelak di akhirat bukanlah bersama Nabi, melainkan di tempat lain (neraka)," pungkasnya. [] Hariani

Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto menekankan pentingnya mencintai Allah dan Rasulnya sebagai persiapan terbaik dalam menghadapi hari kiamat 
“Kiamat pasti akan datang dan tidak ada persiapan yang terbaik sebagaimana dikisahkan dalam hadis shahih tadi itu, untuk menyongsong hari kiamat kecuali kita betul-betul menempatkan diri kita sebagai seorang yang mencintai Allah dan Rasulnya," ujarnya dalam Khutbah Reminders: Apa Persiapan Terbaik Menyongsong Kiamat? Jum’at (9/6/2023) di kanal Youtobe UIY Official. 

Dia menyampaikan dua tanda seseorang memiliki kecintaan kepada Allah dan Rasulnya, pertama tanda sederhana berupa bershalawat kepada Rasulullah SAW 

“Tanda paling sederhana kita mencintai bagi Rasul SAW adalah gemarnya kita menyampaikan shalawat kepadanya atau untuknya, sholawat ini diperintahkan oleh Allah SWT dan tidak ada perintah Allah yang Allah ikut melakukannya kecuali sholawat ini” terangnya. 

Ia mengatakan ketika seseorang jarang bershalawat kepada Nabi, tidak mau bershalawat kepada Nabi ketika namanya disebut, maka orang itu tidak memiliki rasa cinta bahkan yang paling sederhana sekalipun, sehingga di hari Kiamat kelak dia tidak memiliki tempat penolong.

Kedua ittiba. Ia mengatakan ittiba atau mengikuti Nabi dengan haqqul ittiba (bersungguh-sungguh dan benar dalam mengikuti) di setiap aspek kehidupan. baik berupa menjalankan perintah maupun menjauhi larangan Allah SWT. Apabila seseorang mengaku cinta kepada Nabi tetapi tidak mau mengikuti yang dibawa oleh Nabi, berarti pengakuannya dusta. 

“Jamaah sekalian Nabiyullah Muhammad SAW dalam sepanjang hidupnya dia berjuang untuk risalah Islam, untuk tegaknya risalah Islam, tak ada satu hari pun, jangan satu hari satu jam, jangan satu jam satu menit, satu detik pun yang dia keluar dari garis perjuangan Islam," jelasnya. 

Ia mengatakan mestinya begitu pulalah umat muslim jika ingin disebut sebagai seorang yang betul-betul mencintai Allah dan Rasulnya. Dan juga selalu berada di dalam barisan pejuang penegak risalah Islam. 

"Jika pada faktanya dia Muslim tapi yang diperjuangkan itu sesuatu yang bertentangan dengan Islam, sekularisme, kapitalisme, sosialisme, bahkan komunisme, bahkan bukan hanya itu, dia juga memerangi siapa saja yang memperjuangkan risalah Islam dengan aneka macam sebutan fundamentalislah, radikal, segala macam, pertanyaannya dia itu mengambil teladan siapa? Dan dia ittiba kepada siapa?," tanyanya retoris. 

Beliau menekankan bahwasannya sudah seharusnya seorang muslim mengikuti Nabi SAW dalam setiap aspek kehidupannya. "Sebab kalau tidak, apalagi menjadi penentang syariah Islam serta menghalang-halangi risalah Islam, maka posisinya kelak di akhirat bukanlah bersama Nabi, melainkan di tempat lain (neraka)," pungkasnya. [] Hariani
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال