Ekonom dari Forum Analisis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Hatta menyatakan tidak ada yang busa ditawarkan dengan sistem ekonomi kapitalistik.
“Kira-kira apa yang bisa ditawarkan dengan ekonomi kapitalistik? Tidak ada, maju kena mundur kena,” ungkapnya dalam Kabar Petang: Eropa Jatuh, China Melambat, Rupiah Aman? di kanal YouTube Khilafah News, Kamis (15/6/2023).
Ia menegaskan bahwa jika ingin melakukan perubahan tata kelola ekonomi maka haruslah dilakukan dengan sungguh-sungguh. "Kalau nggak, kita masih menjadi negara sapi perah. Jadi kita ibaratnya tempat penggemukan sapi aja di Indonesia ini, keuntungan banyaknya ya di negara-negara luar negeri," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa ekspor dan impor barang dan jasa Indonesia memang surplus 13,1 miliar dolar AS tetapi kemudian dibalikkan oleh transaksi finansial keuangan yang defisit mencapai 8,8 miliar dolar AS.
“Jadi kekuatan ekspor kita itu nggak bisa ngapa-ngapain. Menjadi hal yang sia-sia ketika kemudian transaksi keuangan kita itu masih dengan sangat mudah dikelabui oleh investor yang kapitalistik,” cetusnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa ekspor Indonesia dengan Cina hampir 56 persen pada tahun 2022 dalam bentuk bahan-bahan baku. Bahan baku itu digunakan atau diolah kembali oleh pemerintah negara China. Sementara Indonesia memproduksi produk jadi yang sudah nilai tambahnya begitu tinggi bagi pemerintah China.
“Jadi keuntungannya itu berlipat ganda bagi pemerintah Cina. Kita mengimpor dalam bentuk mesin, alat komunikasi seperti handphone, laptop dan seterusnya. Jadi itulah yang terjadi. Bicara tentang jenis ekspor impornya kita dimanfaatkan seperti itu, belum transaksi keuangannya,” ujarnya.
“Bayangkan mereka memproduksi batubara di Indonesia. Dolarnya mereka taruh lagi di Singapura, gara-gara suku bunga deposito lebih tinggi di Singapura,” pungkasnya.[]Prama AW
Rubrik
Analisis