Kemenangan Recep Tayyip Erdogan dalam pemilihan umum presiden (pilpres) putaran kedua pada 28 Mei 2023 di Turki harusnya menjadi kesempatan emas bagi lelaki yang terpilih menjadi presiden untuk periode ketiga tersebut menegakkan khilafah.
“Ini kesempatan emas,” ujar Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi dalam Kabar Petang: Erdogan Menang, Khilafah akan Datang? di kanal YouTube Khilafah News, Rabu (31/5/2023).
Artinya, kalaulah Erdogan memang ingin mengubah sistem pemerintahan di Turki menjadi khilafah, berikut penerapan sistem Islam di seluruh aspek kehidupan, kemenangannya di pilpres kemarin bisa menjadi satu kesempatan emas untuk melakukan itu.
Sebab, menurutnya, kemenangan Erdogan di pilpres tempo hari banyak dipengaruhi oleh faktor Islam, yang notabene menjadi hal yang amat penting untuk suatu proses perubahan ke arah lebih baik.
Apalagi, sambung Farid, masyarakat kala itu bisa mengesampingkan berbagai kekurangan dari kepemimpinan Erdogan di periode sebelumnya. “Inflasi yang sangat tinggi, demikian juga harga-harga yang cukup meningkat kenaikannya di Turki,” ungkapnya, memisalkan.
Dengan kata lain, masyarakat melihat Partai Rakyat Republik (CHP) pimpinan Kemal Kilicdaroglu, rival Erdogan di pemilu putaran kedua ini, sekulerismenya benar-benar radikal. “Mereka melihat partai yang di sebelah itu sekularismenya itu benar-benar radikal, karena mewarisi partainya Kamal Attaturk,” sebut Farid.
Awalnya, sebagaimana diketahui bersama, melalui partai inilah, Mustafa Kamal Attaturk, telah menghancurkan khilafah, institusi pemersatu kaum Muslim sedunia berikut syariat Islam yang menjadi landasannya.
Selain itu, lanjut Farid, kemenangan Erdogan ini boleh disebut sebagai cerminan bahwa akar-akar Islam masih sangat kuat di Turki. Mengingat, wilayah ini pernah menjadi pusat kekhilafahan di masanya.
“Itulah peran yang seharusnya dilakukan oleh Erdogan dalam posisi politik yang saat sekarang ini bisa disebut politik yang cukup kuat,” tandasnya.
Karena itu, dengan posisi kuat ini, kata Farid kembali menekankan, peluang yang sangat lebar tersebut harusnya dimanfaatkan oleh Erdogan untuk benar-benar menegakkan khilafah, bukan mempertahankan status quo seperti dua periode sebelumnya.
Sebutlah di antaranya kondisi seputar perekonomian yang sebelumnya ia sebut sulit, menjadi lebih sulit di tengah keadaan ekonomi dunia yang menurutnya memprihatinkan.
Meski demikian, Farid meyakinkan bahwa perubahan ke arah lebih baik tetap bisa terjadi, ketika Turki dengan sangat tegas menjadikan syariat Islam tanpa kecuali, sebagai dasar dalam bernegara.
“Perubahan yang nyata itu akan bisa terjadi kalau Turki berubah menjadi negara yang berbasis, yang berdasarkan Islam dan tegas menjadi negara khilafah,” pungkasnya.[]
Rubrik
Internasional