Dalam beberapa hari terakhir Bank Syariah Indonesia (BSI) mengalami gangguan pelayanan. Akses transaksi baik melalui ATM maupun mobile banking tidak bisa dilakukan oleh nasabah. Informasi yang beredar di media dari pihak terkait BSI mendapatkan serangan siber. Sebuah fakta yang tidak bisa dihindari dalam era digital.
Meski di benak publik mengundang tanya soal motif ini karena BSI adalah hasil merger beberapa perbankan syariah sebelumnya, yang pasti kita juga bisa mengetahui dengan jelas betapa lemah dan rapuhnya Information Technology System BSI. Karena itu, investasi dalam menghadirkan cyber security (keamanan cyber) bukan lagi menjadi opsi (pilihan) tetapi telah menjadi obligation (kewajiban) di era perang digital saat ini.
Dalam artikel pendek ini, fokus isunya bukan pada isu rapuhnya sistem IT BSI yang mungkin saja bisa dialami bank lain tetapi lebih pada bagaimana kita mengambil sebuah pelajaran. Pelajaran penting tentang mekanisme kerja sistem ekonomi kapitalisme pasar bebas dengan menggunakan instrumen perbankan sebagai penopang utamanya. Ini menarik diulas, karena bisa jadi di antara kita yang sedang membaca ulasan ini tak satupun yang tidak berinteraksi dengan dunia perbankan.
Mari kita mulai ulasannya dengan sebuah ilustrasi ringan ini
Andaikan kita mengilustrasikan sistem ekonomi kapitalisme saat ini seperti anatomi tubuh manusia, maka dapat dipahami bahwa "jantung manusia" adalah perbankan itu sendiri, "pompa darah" manusia adalah suku bunganya dan "darah manusia" adalah uang kertas yang beredar.
Dalam ilmu biologi, salah satu fungsi jantung adalah memompa dan mengatur sirkulasi darah ke seluruh tubuh untuk menyediakan oksigen dan nutrisi yang diperlukan oleh sel-sel tubuh. Jadi begitu pentingnya kerja jantung dalam tubuh manusia. Bagi sistem ekonomi kapitalisme, pentingnya jantung ini sama pentingnya dengan perbankan saat ini
Kepanikan yang banyak dialami oleh nasabah BSI dalam beberapa hari terakhir ibarat seperti manusia yang darahnya tidak normal mengalir (uang kertas habis ditangan) karena fungsi jantung (perbankan) juga tidak berjalan normal.
Bisa kita bayangkan, andai jantung itu berhenti menjalankan fungsinya maka manusia akan mati. Pun sama, andai perbankan berhenti menjalankan fungsinya maka bisa menjadi warning malapetaka bagi sistem ekonomi kapitalisme
Peranan perbankan saat ini sejatinya sama semua baik bank syariah maupun bank konvensional yaitu menjadi lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Jika di bank konvensional instrumen "pemompa darah" disebut dengan suku bunga maka di bank syariah ada skema mudharabah (bagi hasil). Meskipun demikian dalam tataran implementasi masih debatable. Beberapa temuan riset justru menemukan bahwa implementasi mudharabah di bank syariah belum sempurna.
Konsekuensinya, jika sirkulasi keuangan dalam perbankan tersendat maka akan terjadi goncangan hebat. Karena itu, menjadi tugasnya adalah memastikan perputaran uang ini berjalan dengan normal dan baik termasuk menghindari berbagai serang siber seperti yang terjadi saat ini pada BSI yang mungkin juga bisa terjadi pada bank lainnya. Jika terjadi pada bank lain apakah efeknya akan sama? Tentu saja akan sama oleh karena pola kerjanya juga hampir sama.
Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah untuk menghasilkan bunga maupun bagi hasil kepara nasabah dalam perbankan apa yang dilakukan? Tentunya uang nasabah disalurkan dalam bentuk pendanaan kepada industri yang membutuhkan. Bahkan informasinya hanya 5-10% yang diendapkan untuk mengantisipasi suatu waktu nasabah menarik dananya
Jika sewaktu-waktu anda memiliki dana 10 M di bank, tiba-tiba tanpa pemberitahuan awal Anda datang ke bank untuk menarik satu kali semua maka besar kemungkinan akan dipending dulu untuk sementara waktu. Pernah mengalami? Pasti. Karena sejatinya nominal yang kita pelototin tiap hari di mobile banking tidak sedang berada di brankas bank tetapi sedang bergerilya entah di mana dan ke mana
Dalam situasi seperti ini, kita membayangkan andai perbankan itu tiba-tiba mati total (shutdown) semua, bisa dibayangkan uang kita mau diambil di mana dan sama siapa? Kita bisa apa dalam keadaan seperti ini? Mari kita jawab sendiri, saya yakin kita sudah tahu jawabannya [].
Oleh: Dr. La Ode Mahmud
Dosen Administrasi Bisnis FISIP UHO
Rubrik
Nasional