Sobat. Persaudaraan karena Allah adalah persenyawaan ruh dengan ruh, pertemuan hati dengan hati, sebuah ikatan Imani yang berlandaskan ketakwaan, sebuah kebersamaan menapaki jalan Ilahi, dan senantiasa berpegang teguh pada ajaran Allah.
Sobat. Cinta yang benar adalah memberi bukan meminta. Cinta itu menenteramkan, sebagaimana benci itu menggelisahkan.
Sobat. Ibnu Majah telah mengeluarkan dari Jabir ra bahwa dia berkata; Rasulullah SAW pernah berkhutbah kepada kami, maka katanya: “Hai manusia bertaubatlah kamu kepada Allah SWT sebelum kamu mati, dan cepat-cepatlah melakukan amal-amal sholeh sebelum kamu sibuk, dan sambunglah hubungan di antara kamudan dengan Tuhanmu dengan banyak mengingat Dia Yang Mahatinggi dan banyak-banyaklah bersedekah secara rahasia maupun terang-terangan, niscaya kamu diberi rezeki, kemenangan dan kekayaan.” (HR. Ibnu Majah).
Sobat. Dari Anas ra bahwa dia berkata, Sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa mempunyai harta maka hendaklah ia bersedekah dengan hartanya, Barangsiapa mempunyai ilmu, maka hendaklah bersedekah dengan ilmunya. Dan barangsiapa mempunyai kekuatan (tenaga) maka hendaklah bersedekah dengan kekuatannya.” (Jami’ Al-Azhar).
Allah SWT berfirman :
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran (3) : 103).
Sobat. Diingatkan hendaklah mereka berpegang teguh kepada Allah dan ajaran-Nya dan selalu mengingat nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada mereka. Dahulu pada masa jahiliah mereka bermusuhan sehingga timbullah perang saudara beratus-ratus tahun lamanya, seperti perang antara kaum 'Aus dan Khazraj. Maka Allah telah mempersatukan hati mereka dengan datangnya Nabi Muhammad SAW dan mereka telah masuk ke dalam agama Islam dengan berbondong-bondong. Allah telah mencabut dari hati mereka sifat dengki dan memadamkan dari mereka api permusuhan sehingga jadilah mereka orang-orang yang bersaudara dan saling mencintai menuju kebahagiaan bersama.
Juga karena kemusyrikan, mereka berada di tepi jurang neraka, hanya terhalang oleh maut saja. Tetapi Allah telah menyelamatkan mereka. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya, agar kaum Muslimin mendapat petunjuk dan mensyukuri nikmat agar nikmat itu terpelihara.
Allah SWT berfirman :
وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِي قُلُوبِنَا غِلّٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٞ رَّحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hasyr (59) : 10).
Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa generasi kaum Muslimin yang datang kemudian, setelah berakhirnya generasi Muhajirin dan Ansar, sampai datangnya hari Kiamat nanti berdoa kepada Allah, yang artinya, "Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa-dosa saudara-saudara kami seagama yang lebih dahulu beriman daripada kami."
Ada beberapa hal yang dapat diambil dari ayat ini, yaitu:
Pertama. Jika seseorang berdoa, maka doa itu dimulai untuk diri sendiri, kemudian untuk orang lain.
Kedua. Kaum Muslim satu dengan yang lain mempunyai hubungan persaudaraan, seperti hubungan saudara seibu-sebapak. Mereka saling mendoakan agar diampuni Allah segala dosa-dosanya, baik yang sekarang, maupun yang terdahulu.
Ketiga. Kaum Muslim wajib mencintai para sahabat Rasulullah saw, karena mereka telah memberikan contoh dalam berhubungan yang baik dengan sesama manusia. Jika seseorang ingin hidupnya bahagia di dunia dan di akhirat, hendaklah mencontoh hubungan persaudaraan yang telah dilakukan kaum Muhajirin dan Ansar itu.
Ayat ke-10 ini mempunyai hubungan erat dengan ayat sebelumnya (ayat ke-9). Oleh karena itu, maksud ayat ini ialah menjelaskan bagaimana hubungan orang-orang Muhajirin yang telah meninggalkan kampung halaman, keluarga, dan harta mereka di Mekah dengan orang-orang Ansar yang beriman yang menerima orang-orang Muhajirin dengan penuh kecintaan dan persaudaraan di kampung halaman mereka, yang mereka lakukan semata-mata untuk mencari keridaan Allah dan bersama-sama menegakkan agama Allah serta menunjukkan iman mereka yang benar, demikian pulalah hendaknya hubungan kaum Muslim yang datang sesudahnya. Hendaklah mereka tolong-menolong dan mempererat persaudaraan dalam meninggikan kalimat Allah.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa hubungan orang yang sedang berhijrah dan penduduk negeri yang menerima mereka, dapat menimbulkan hubungan persaudaraan yang kuat di antara manusia, asal dalam hubungan itu terdapat unsur-unsur keimanan, keikhlasan, dan tolong-menolong, seperti yang telah dilakukan kaum Muhajirin dan kaum Ansar. Dalam situasi ini terdapat kesempatan yang paling banyak bagi seorang mukmin untuk melakukan berbagai perbuatan yang membentuk sifat-sifat takwa dan diridhai Allah.
Ibnu Abi Laila berkata, "Manusia terbagi kepada beberapa tingkatan yaitu tingkatan Muhajirin, tingkatan Ansar, dan tingkatan generasi sesudahnya yang selalu mengikuti jejak Muhajirin dan Ansar. Oleh karena itu, hendaknya kita berupaya agar dapat masuk ke dalam salah satu dari tiga tingkatan tersebut.
Kemudian disebutkan lanjutan doa orang-orang yang beriman itu, yang artinya, "Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau timbulkan dalam hati kami rasa dengki kepada orang-orang yang beriman."
Rasa dengki dan dendam adalah sumber segala kejahatan dan maksiat yang mendorong orang berbuat kebinasaan, kezaliman, dan menumpahkan darah di muka bumi. Allah berfirman:
Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung. (At-Taubah/9: 100).
Pada akhir ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang yang tersebut dalam ayat 10 ini mengatakan bahwa Allah Maha Penyayang kepada para hamba-Nya, dan banyak melimpahkan rahmat-Nya. Oleh karena itu, mereka mohon agar Dia memperkenankan doa-doa mereka.
Diriwayatkan dari Ibnu 'Umar bahwa ia mendengar seorang laki-laki bertemu dengan sebagian orang Muhajirin, maka dibacakan ayat, "Lil fuqara'il-muhajirin" (bagi orang fakir golongan Muhajirin), kemudian salah seorang berkata kepadanya, "Mereka itu orang-orang Muhajirin, apakah kamu termasuk sebagian dari mereka." Orang itu menjawab, "Tidak." Kemudian dibacakan pula kepadanya: "Wal-ladhina tabawwa'ud-dara wal-imana min qablihim" (dan orang-orang yang telah menempati kota Medinah dan telah beriman sebelum kedatangan mereka). Kemudian salah seorang berkata kepadanya, "Mereka itu golongan Ansar, apakah engkau dari golongan mereka?" Ia menjawab, "Tidak." Kemudian dibacakan ayat: "Wal-ladhina ja'u min ba'dihim" (orang-orang yang datang kemudian), Seseorang juga bertanya kepadanya, "Apakah engkau dari golongan mereka?" Ia menjawab, "Aku mengharap demikian." Kemudian ia berkata, "Bukankah sebagian mereka mencela sebagian yang lain?" Ayat ini menunjukkan bahwa antara orang-orang mukmin tidak boleh mencela sesama mereka.
Sobat. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mengunjungi orang sakit atau mengunjungi seorang temannya karena Allah, maka terdengar seorang penyeru berkata, “ Anda baik sekali, dan baik pula perjalanan Anda. Sebuah rumah di surga telah disediakan bagi Anda.” (HR. At-Tirmidzi).
Sobat. Umar bin Khaththab ra berkata, “Bertemu teman-teman menghilangkan kesedihan. Jika Anda dikaruniai oleh Allah ketulusan cinta kepada seorang teman sesama muslim, peliharalah dengan baik.”
Sobat. Kisah hikmah persaudaraan Abdurrahman bin Áuf saat rasulullah mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar. Abdurrahman bin Auf ra salah seorang sahabat Nabi yang hijrah dari Makkah ke Madinah bercerita, ketika sampai di madinah. Rasulullah SAW mempersaudarakan aku dengan Saád bin Ar-Rabi’ ra. Kepadaku Saád berkata, “Aku termasuk orang berharta di kalangan kaum anshar, maka aku akan membagi separuh hartaku untukmu. Dan lihatlah siapa di antara isteri-isteriku yang kamu suka. Aku akan menceraikannya untukmu, lantas kawinilah ia setelah sehabis masa iddahnya.”
Abdurrahman menyambut itsar (Sikap mendahulukan kepentingan orang lain atas kepentingan diri sendiri) dari saudaranya ini dengan ‘afaf (Sikap menjaga harga diri dari segala sesuatu yang tidak pantas), dan dengan halus dia berkata, “Semoga Allah memberkatimu dan memberkati keluargamu, tunjukkan kepadaku, di mana pasar agar aku bisa mencari rezeki di sana!” []
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana Universitas Islam Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Sumber: Tinta Siyasi | https://www.tintasiyasi.com
Rubrik
Nafsiyah