Anak adalah harapan masa depan. merekalah pewaris tongkat estafet perjuangan. Apalagi bagi seorang Muslim. Kelak kita akan dimintai pertanggunjawaban. Ketika orangtua memahami hal ini, dengan izin Allah akan dihasilkan generasi yang berkualitas. Generasi yang berkualitas adalah generasi yang memiliki keimanan yang kuat, memiliki kepribadian Islam yang tinggi, berjiwa pemimpin sehingga mampu mempengaruhi dan melakukan perubahan di lingkungannya.
Keluarga merupakan wadah pertama dan pilar utama yang memberikan kontribusi yang besar dalam mendidik generasi. Keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak-anak untuk belajar berperilaku (akhlâq al-karîmah), belajar tentang hidup dan kehidupan serta bagaimana seharusnya berjuang membela Islam. Keluarga yang kuat, ideologis dan berkarakter akan menjadi pondasi yang kokoh bagi perkembangan anak sehingga lahir generasi yang siap untuk menjadi pembela Islam. Orangtua adalah pembina pertama bagi anak-anaknya, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orangtua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR al-Hakim).
Keluarga Muslim Pembela Islam
Jika kita menengok ke belakang, ketika sistem Islam ditegakkan, kita akan melihat bahwa keluarga Muslim adalah keluarga pejuang. Keluarga pembela Islam terpercaya. Keluarga Rasulullah saw. dan para Sahabat merupakan sosok teladan bagi umat Islam. Mereka adalah keluarga yang senantiasa gigih berjuang untuk menegakkan Islam di muka bumi. Mereka mampu menjadi imam bagi orang-orang bertakwa. Mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga, membela dan menyebarkan risalah ini. Mereka pun tidak membiarkan keluarga mereka berada dalam kesesatan. Keluarga menjadi prioritas bagi mereka dalam memperjuangkan Islam.
Senantiasa lekat dalam ingatan kita, keluarga Yasir bin Amir bin Malik ra. Yasir bersama istrinya Sumayyah binti Khubath ra., dan anaknya Amar bin Yasir ra., termasuk tujuh orang pertama masuk Islam. Pasangan ini berhasil mendidik anaknya menjadi shalih. Sang suami amat sayang kepada istri dan anaknya. Sumayyah dikenal sebagai seorang istri yang baik dan mengabdi kepada suaminya. Mereka bukan hanya sebagai keluarga sakinah. Mereka pun mempertaruhkan nyawanya demi membela Islam. Jelas, mereka adalah keluarga sakinah pejuang dan penegak Islam.
Begitu pula keluarga Al-Khansa’, Karena tanggung jawabnya terhadap umat, ia menyemangati putra-putranya untuk membela Islam. Dalam Perang Qadisiyah, Khansa’ berangkat bersama mereka menyertai pasukan. Di medan peperangan, saat malam ketika pasukan sedang siap berperang, Khansa’ mengumpulkan keempat putranya untuk mengobarkan semangat berperang kepada mereka dan agar tidak lari dari peperangan serta agar mereka mengharapkan syahid di jalan Allah SWT. Atas izin Allah, keempat putranya mendapatkan kemuliaan syahid di jalan Allah. Inilah keluarga yang mulia, keluarga pembela Islam. Siap mempertaruhkan nyawa untuk membela Islam. Mereka menjadikan kemuliaan akhirat sebagai tujuan sekaligus poros hidup mereka.
Di sinilah betapa pentingnya peran keluarga bagi keberlangsungan perjuangan. Oleh karena itu para pembela Islam harus menyiapkan keluarganya agar mereka berada dalam barisan dakwah, penerus estafet perjuangan, senantiasa siap membela Islam. Lalu apa upaya yang bisa lakukan, agar lahir dari keluarga-keluarga kita generasi pembela Islam terpercaya?
Menyiapkan Generasi Pembela Islam
Sesungguhnya pembelaan terhadap Islam merupakan sunnatulLâh yang harus dilakukan umat Islam. Apalagi dalam situasi saat ini, saat sistem sekuler kapitalis berkuasa. Ajaran Islam dihinakan. Rasulullah saw. Dinistakan. Umat Islam pun diadu-domba oleh musuh-musuh Islam. Bahkan mereka dengan seenak perutnya memperalat umat Islam untuk menghancurkan Islam. Siapa lagi yang wajib membela Islam, jika bukan kita?
Umat Islam seluruhnya wajib membela agamanya, bahkan berjuang untuk mengembalikan tegaknya hukum Islam. Tegaknya hukum Islam hanya akan terwujud dengan berdirinya Khilafah.
Perjuangan dakwah menuju tegaknya Khilafah bukanlah jalan yang mudah untuk dilalui oleh keluarga Muslim. Karena itu betapa pentingnya peran keluarga bagi keberlangsungan perjuangan. Oleh karena itu kita harus menyiapkan keluarga kita, anak-anak kita, agar mereka juga berada dalam barisan dakwah. Penerus estafet perjuangan, penguat dan pelindung juga pembela dakwah Islam.
Ada beberapa aktivitas yang bisa kita lakukan untuk menyiapkan anak-anak kita menjadi pembela Islam dan kita sebagai orangtua harus siap menjadi pembela Islam tentu saja. Di antaranya:
Pertama, Tanamkan keimanan yang kokoh dengan menjadikan sejak dini kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya di atas segalanya. Menanamkan keimanan yang kokoh adalah tugas utama orangtua. Orangtualah yang akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya sendi-sendi agama dalam diri anak. Rasulullah saw. Bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR al-Bukhari).
Penanaman keimanan ini akan menjadikan anak kita mengenal Allah, al-Khâliq al-Mudabbir, dan Rasulullah Muhammad saw., penyampai risalah Islam.
Selanjutnya, akan tumbuh kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya di atas segalanya. Cinta ini akan mendorong anak-anak kita untuk melakukan amal yang dicintai Allah dan dicontohkan Rasulullah saw.
Agar anak semakin mencintai Nabi Muhammad saw., kita harus rajin membacakan Sirah Nabawiyah serta bagaimana Rasulullah saw. memperjuangkan dan menegakkan Islam di muka bumi ini. Dengan itu anak-anak paham syariah. Mereka pun paham bagaimana seharusnya memperjuangkan dan membela Islam.
Ketika al-Quran dinistakan atau Rasulullah saw. dihina, ia akan berada di barisan terdepan untuk membela keduanya.
Kedua, kenalkan syariah Islam, termasuk adab dan akhlak mulia, sejak dini. Anak harus dikenalkan dengan syariah Islam sejak dini. Sabda Rasulullah saw., “Perintahlah anak-anakmu agar mendirikan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun. Pukullah mereka (jika meninggalkan shalat) ketika telah berumur sepuluh tahun.”
Demikian halnya dengan hukum-hukum yang lain seperti kewajiban berpakaian sempurna, larangan mencuri dan sebagainya; menjelaskan ahkamul khamsah, adab dan akhlak. Kita bisa mengajak anak-anak kita ke majelis-majelis ilmu untuk memperkaya pemahamannya tentang syariah Islam, berdiskusi bersama dan sebagainya.
Seiring berjalannya waktu, semakin menguat keimanan, semakin menguat pula dorongan mereka untuk belajar Islam. Tentu saja pemahaman terhadap syariah Islam makin luas. Mereka pun semakin merasa bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Selanjutnya mereka akan paham betapa istimewanya syariah Islam dan semakin rindu pada penerapan syariah Islam di muka bumi. Akhirnya, mereka akan senantiasa terdorong untuk menyebarkan Islam dan membela ajaran Islam. Apalagi ketika musuh-musuh Islam semakin gencar menyudutkan atau merendahkan syariah Islam. Mereka akan siap untuk membela syariah Islam di garda terdepan dengan menyampaikan kebenaran syariah Islam.
Ketiga, mengasah akal anak untuk berpikir yang benar. Tidak bisa kita pungkiri bahwa tantangan arus globalisasi budaya, informasi, dan teknologi saat ini memiliki andil besar dalam mewarnai pemikiran, sikap dan perilaku anak-anak kita. Kerap anak-anak memiliki keingintahuan yang besar terhadap apa yang ia dapatkan dari medsos. Misalnya, informasi-informasi tentang Islam yang bisa jadi tidak benar, seperti tentang Islam moderat atau pemikiran feminisme yang sering ‘mengecoh’ umat Islam. Jangan sampai anak kita yang cerdas ini terjebak dengan pemikiran yang salah ini.
Dalam persoalan ini, orangtua haruslah memberikan informasi yang benar. Tentu yang bersumber dari ajaran Islam, al-Quran dan as-Sunnah. Informasi ini dijadikan pijakan dalam menilai berbagai informasi yang ia dapatkan. Yang penting adalah merangsang anak menggunakan akalnya untuk berpikir dengan benar sehingga tidak terbujuk dengan pemikiran yang tidak sesuai Islam. Ia akan tahu pemikiran dan pemahaman Islamlah yang harus dibela dan disebarkan di tengah-tengah umat.
Keempat, memahamkan kepada anak-anak agar menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan. Untuk memperjuangkan dan membela Islam, mau tidak mau, umat Islam harus melakukan dakwah ke tengah-tengah umat. Apalagi dakwah adalah kewajiban kaum Muslim. Sudah seharusnya umat Islam menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan mereka. Kedua orangtua menanamkan hal ini kepada anak-anak sejak dini. Dengan itu mereka menjadi para pembela Islam terpercaya. Dengan demikian rintangan, tantangan dan hambatan apapun di jalan dakwah akan disikapi sebagai risiko atau konsekuensi perjuangan.
Dakwah juga sangat penting dalam membangun keluarga pejuang, keluarga pembela Islam. Allah SWT memerintahkan kepada umat Nabi Muhammad saw. untuk menjaga diri dan keluarga mereka dari api neraka (QS at-Tahrim [66]: 6).
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Rasulullah saw. melakukan dakwah pertama kali kepada istrinya, keponakannya, pembantunya dan kawan terdekatnya. Tanpa dakwah, Islam tidak akan tegak. Dakwah merupakan pilar kebaikan individu, keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan merupakan suatu keniscayaan.
Kelima, memberikan teladan bagi anak. Bagaimanapun anak-anak membutuhkan qudwah dan teladan yang baik, bahkan hingga ia dewasa. Sudah seharusnya orangtua selalu memberi contoh yang baik kepada anak bagaimana menjadi pembela Islam terpercaya. Tentu agar tertanam dalam jiwa mereka benih-benih kebaikan yang akan menghunjam dalam sanubari mereka. Agar terbawa dalam setiap sikap dan perilaku mereka bahwa syariah Islam harus diterapkan dan ditegakkan.
Orangtua harus memberikan teladan bahwa dalam setiap aktivitas apapun menjadikan Islam sebagai patokan, ketika pun dalam berpikir atau diskusi, selalu menjadikan Islam sebagai rujukan. Bangga menjadi seorang Muslim dengan aturannya yang sangat sempurna. Semangat menjalankan dan menyebarkan syariahnya meskipun tidak mudah. Inilah yang akan mengokohkan jiwa untuk menjadi pembela Islam terpercaya ketika syariat Islam dan umatnya direndahkan oleh musuh-musuh Islam. Ia akan menyampaikan kebenaran Islam dimanapun berada.
Keenam, taqarrub kepada Allah. Membela Islam memang bukan tanpa hambatan dan tantangan. Ini semua akan dapat dihadapi dengan semakin dekatnya kita kepada Allah SWT. Semakin dekat kepada Allah, Dia pun semakin dekat kepada kita. Pada saat itulah pertolongan dan kemudahan akan diberikan oleh Allah SWT kepada kita.
Banyak hal yang bisa dilakukan bersama anak-anak kita untuk semakin dekat pada Allah SWT, seperti shalat sunnah, membanyak zikir, berdoa, shaum sunnah, tilawah al-Quran dan banyak muhâsabah. Dengan mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah berarti kita telah mengundang bantuan, pertolongan dan pemeliharaan dari Diri-Nya. Baginda Rasulullah saw. bersabda, ”Pada setiap malam Tuhan kami Yang Mahasuci dan Mahatinggi turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman, ‘Siapa saja yang berdoa kepada Diri-Ku, Aku akan memperkenankan doanya. Siapa saja yang meminta kepada Diri-Ku, Aku akan memngabulkan permintaannya. Siapa meminta ampunan kepada Diri-Ku, Aku pun akan mengampuni dia.’” (HR al-Bukhari Muslim).
Khatimah
Membela Islam adalah kewajiban kita. Sebagai orangtua kita punya kewajiban lebih lagi untuk membina dan menyiapkan anak-anak kita menjadi pembela Islam terpercaya. Sebabnya, di tangan merekalah tergenggam masa depan umat Islam. Dengan perjuangan yang dilakukan semoga pertolongan Allah segera datang untuk kaum Muslim di seluruh dunia. Dengan itu umat Islam kembali terangkat derajatnya sebagai sebaik-baiknya umat yang dilahirkan untuk memimpin manusia sebagaimana firman Allah SWT:
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ ١١٠
Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, memelakukan amar makruf nahi mungkar dan beriman kepada Allah SWT (QS Ali ‘Imran [3]: 110).
WalLâhu a’lam bi ash-shawwâb.
Sumber: Al Waie | https://www.alwaie.id
Rubrik
Keluarga