Ada Kecenderungan Menakut-Nakuti, Padahal Kemungkinan Resesi Kecil

Kendaribertakwa.com: Media dakwah online di Kendari, Sulawesi Tenggara yang menyajikan berita Islami. Tampil dengan memandang berbagai peristiwa dengan sudut pandang Islam. Pusatnya artikel Islami untuk membangkitkan budaya literasi kaum muslimin khususnya di Kota Kendari.

Ekonom dan politikus Faizal Basri mengungkapkan, kemungkinan resesi ada, tetapi kecil dan pemerintah cenderung menakut-nakuti soal resesi.

"Kemungkinan terjadinya resesi di dunia ada, tetapi sangat kecil. Makanya saya heran, kenapa nakut-nakutin seperti itu. Yang terjadi di dunia adalah penurunan kegiatan ekonomi, bukan penurunan ya, maksudnya kegiatan ekonomi masih naik, tetapi peningkatannya melambat. Jadi istilah yang cocok, tepatnya adalah deselarasi. Makin banyak berita tentang resesi kemungkinannya makin jadi,” ungkapnya dalam Oligarki: Faizal Basri Bongkar Soal Resesi 2023.. Upaya Tunda Pemilu 3 Tahun? Sabtu, 26 November 2022 di YouTube Oligarki Channel.

Ia mengatakan, kalau tiap hari orang dicekoki dengan berita dan isu resesi, pasti orang yang paham, orang yang uangnya banyak akan mengamankan uangnya. “Resesi, pertumbuhan ekonomi minus, rupiah melorot, sekarang saya beli dolar dari sekarang. Maka tambah rusak ekonominya,” katanya.

Ia mengungkapkan beberapa analisanya tentang resesi yang tengah terjadi. Menurutnya, ketika berbicara resesi itu tingkat kemungkinannya jadi probability.
“Jadi saya enggak tahu Pak Jokowi narasinya dan Ibu Sri Mulyani narasinya seperti itu, sampai ditegur pak JK (Jusuf Kalla), jangan nakut-nakuti saja. Kan bikin lemes,” ungkapnya.

“Jadi saya juga enggak ngerti kenapa ada kemungkinan itu tadi. Mungkin enggak kita tidak punya uang? Pemilunya ditunda ajalah, tiga tahun bisa. Atau ada juga pandangan dunia semakin hancur lebur, tapi Indonesia hebat, begitu. Jadi macam-macam interpretasinya. Karena bahasa Pak Jokowi kan bersayap sekali,” lanjutnya.

Ia mencontohkan dengan menjelaskan, misalnya pada tahun 2022 perkiraan pertumbuhan ekonomi, kalau dipotret bulan Januari tumbuh 4,4 dipotret lagi bulan April turun 3,6. Bulan Juli turun lagi 3,2. Bulan Oktober dipotret lagi masih 3,2. Tahun 2023 memang akan diprediksi lebih rendah dibanding Januari 2022. "Jadi, yang dialami dari waktu ke waktu itu makin berat. Namun, itu bukan resesi karena masih positif. Di negara maju masih positif, di rata-rata negara juga masih positif. Kemungkinan resesinya kecil," katanya.

“Ekonomi di Indonesia bagaimana? Ekonomi Indonesia, kalau dunia resesi Indonesia juga resesi, pengalaman. Namun, yang terjadi di dunia, tidak otomatis terjadi secara personal di Indonesia, karena apa? Ekonomi Indonesia kurang gaul dengan dunia, jadi tidak ketularan. Misalnya singapura yang ekspornya 170 persen dari PDB, sedangkan kita cuma 20 persen. Selain itu, sektor keuangan kita seperti parit, jadi kalau mainnya parit tidak akan tenggelam, bukan karena kita hebat, bukan kerena kita kuat, karena kita belum punya seperti negara-negara maju,” jelasnya.

Ia juga menggaris bawahi, keburukan yang terjadi di dunia akan berefek kecil bagi Indonesia. Tapi kalau ekonomi dunia pulih Indonesia pulihnya belakangan. “Artinya Indonesia butuh waktu lebih lama,” pungkasnya.[]


Sumber: Tinta Siyasi | https://www.tintasiyasi.com

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال