Khilafah, Identitas Politik Islam Yang Dijauhi

Kendaribertakwa.com: Media dakwah online di Kendari, Sulawesi Tenggara yang menyajikan berita Islami. Tampil dengan memandang berbagai peristiwa dengan sudut pandang Islam. Pusatnya artikel Islami untuk membangkitkan budaya literasi kaum muslimin khususnya di Kota Kendari.

Dulu, Nabi Muhammad SAW tercinta membangun daulah Islam Madinah yang diawali dari kota madinah hingga wilayahnya meliputi seluruh jazirah Arab pada saat Beliau Saw wafat. Begitulah sunnah Nabi Muhammad SAW yang kita cintai.

Dulu, setelah baginda Nabi SAW wafat. Selama dua hari tiga malam jasad manusia paling mulia itu terbaring menunggu penerapan pengganti Beliau sebagai pemimpin dan penguasa umat islam yakni khilafah. Setelah dibaiat Khilafah Abu Bakar ra maka jenazah mulia itu baru dimakamkan. Sistem negara yang melanjutkan negara Nabi Muhammad SAW itulah yang disebut oleh Baginda sebagai khilafah. Itulah sunnah Nabi Muhammad SAW dan ijma' shohabat rodhiyallaahu 'anhum. Contoh konkrit, gamblang dan jelas tentang bagaimana umat islam harus bernegara. Tak boleh dan tak ada pilihan lain... Hanya satu,... Khilafah.

Dulu, paska jaman kenabian, khilafah dengan para kholifah yang mulia melanjutkan dakwah dan jihad ke seluruh dunia. Islam tersebar luas ke berbagai penjuru dunia dan umat islam eksis menjadi pemimpin dan teladan politik dan kekuasaan di bumi. Islam menyebar menguasai hampir 2/3 dunia. Menyebarkan rahmat dan kasih sayang tanpa paksaan masuk islam. Memberikan kebebasan bagi pemeluk agama lain. Menjamin darah, harta, agama dan kehormatan manusia tanpa pilih kasih. Menyejahterakan rakyat tanpa pandang bulu.

Dulu, para penjajah kafir yang dipimpin kerajaan eropa, seperti Inggris dan perancis, yang haus harta dan darah, berupaya terus menentang, menghadang dan menghancurkan khilafah. Setelah berupaya berabad abad dengan berkorban darah dan air mata maka penjajah berhasil menghancurkan khilafah Utsmaniyah melalu drama pengkhianatan si yahudi dunama mustafa kamal.

Kini, seabad kemudian setelah runtuhnya khilafah, umat islam mulai lupa dengan identitas politiknya. Umat islam dalam asuhan penjajah dan antek anteknya dicekoki pemahaman bahwa politik harus sekuler. Politik harus Demokrasi. Politik tak boleh bawa agama. Agama itu suci sementara politik itu kotor. Jangan bawa politik identitas. Dst. Maka muncullah generasi muslim yang malah anti politik islam. Anti negara islam. Anti khilafah. Mereka mencintai Demokrasi yang merupakan ajaran kufur dan membenci khilafah ajaran islam.

Kini, seolah semua politisi muslim menjauhi khilafah. Tak sudi dikaitkan sedikit pun dengan khilafah. Seolah khilafah adalah kutukan politik. Maka siapapun dikaitkan dengan khilafah akan segera cuci tangan dengan segala cara agar tak bernasib sial yakni menjadi musuh oligarkhi.

Kini, lebih ironis lagi. Sebagian oknum ulama yang mestinya membela ajaran islam dan berjuang menegakkan khilafah malah ikutan memusuhi Khilafah. Mulut kotor mereka dengan lancang berani menista ajaran islam khilafah sekaligus membela Demokrasi. Ulama su itu dengan gegabah selalu mencari dalih agar umat menolak khilafah. Disisi lain juga selalu mencari dalih agar umat makin cinta Demokrasi. Sungguh pelacur masih lebih baik dari pada para penjual agama.

Kini, khilafah ajaran islam dimusuhi oleh para penganut islam sendiri. Dijauhi oleh para politisi yang mengaku muslim. Sungguh tragis dan ironis. Mereka adalah para pembebek penjajah kafir.

Kini, alhamdulillah. Telah makin banyak para pejuang islam yang hakiki. Para penerus perjuangan Islam baginda Nabi Muhammad SAW, para Khulafaur rasyidin dan para kholifah sesudahnya. Berupaya menegakkan kembali khilafah dengan penuh harap kepada Allah. Tidak peduli dengan celaan orang orang yang mencela. Alhamdulillah makin banyak umat yang sadar dan mendukung perjuangan khilafah untuk menjemput kemenangan dengan berdirinya khilafah rosyidah ala minhajin nubuwwah. Allahu Akbar.

Hudzaifah ra.yang berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:

تَكُوْنُ النُّبُوَّة فِيْكُمْ مَا شَاء اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُم يَرْفَعَهَا الله إِذَا شَاء أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّة فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعَهَا الله إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا عَاضًا فَيَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ

يَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعَهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُم تَكُوْنُ مُلْكًا جَبَرِيَّةً فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعَهَا اللهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ

Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan yang zalim. Ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Kemudian Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan. Ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR Ahmad, Abu Dawud ath-Thayalisi dan al-Bazzar).

Hadis ini maqbul, artinya diterima dan dapat dijadikan sebagai hujjah. Al-Hafizh al-‘Iraqi berkomentar: “Hadis ini shahih, Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini dalam Musnad-nya.” (Al-‘Iraqi, Mahajjat al-Qurb ila Mahabbat al-‘Arab, hlm. 176).

Khilafah pasti kembali!!![]


Oleh: Ustaz Ir. Abu Zaid
Konsultan Keluarga Muslim
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال