Suami Pelit? Nikmatin Saja Lah!

Kendaribertakwa.com: Media dakwah online di Kendari, Sulawesi Tenggara yang menyajikan berita Islami. Tampil dengan memandang berbagai peristiwa dengan sudut pandang Islam. Pusatnya artikel Islami untuk membangkitkan budaya literasi kaum muslimin khususnya di Kota Kendari.

Para istri, sering mengeluhkan suaminya pelit. Padahal belum tentu demikian loh. Bisa jadi suami hanya hemat saja tidak pelit. Lalu apa beda pelit sama hemat? Trus bagaimana dong yang bener?

Begini pelit itu ada definisi sesuai syariatnya kok. Jadi harus dikembalikan ke sana.

Pelit alias kikir alias medhit secara syar'iy adalah tidak mau mengeluarkan harta pada yang diwajibkan. Misalnya ga mau mbayar zakat, Ga mau mbiayai dakwah dan jihad, ga mau menafkahi keluarga, dll. Nah inilah namanya pelit. Jadi kalo suami ga menafkahi istri dan anak secara layak yakni sandang, pangan dan papan plus kebutuhan pelengkap yang lazim dalam masyarakat di mana keluarga itu hidup maka inilah suami pelit.

Beda sama hidup hemat. Hemat dalam hal mengeluarkan harta secara hati hati berdasarkan prioritas hukum syara. Jika suami membatasi pengeluaran tertentu. Sementara sandang, pangan dan papan untuk istri dan anak cukup. Plus kebutuhan sekunder yang penting seperti transportasi dan komunikasi juga terpenuhi. Meski hp pakai yang biasa saja. Motor pakai yang second saja. Maka suami anda hemat bukan pelit. Karena semua infak yang wajib tetap dia tunaikan. Sementara untuk perkara lain yang tidak wajib dia hati hati. Bisa jadi karena suami punya rencana untuk pendidikan anak anak. Atau untuk naik haji dll sehingga dia rajin menabung.

Terus sikap istri bagaimana?

Jika suami pelit padahal dia kaya. Punya harta lebih seperti abu Sufyan maka istri boleh ambil kekurangan belanja dari harta suaminya tanpa ijin sebatas keperluan dia dan anaknya. Kalo masih bisa ambil sendiri maka nikmati sajalah. Jika tak bisa sama sekali mengambil harta suami sehingga istri terlantar maka istri berhak melakukan gugatan kepada suami di pengadilan agama. Biar hakim yang putuskan seperti apa baiknya.

Jika suami hemat? Ya nikmatin saja. Toh kalo ada cukup uang untuk sekolah anak, naik haji dll juga untuk kebaikan keluarga. Iya kan? []


Oleh: Ustaz Ir. Abu Zaid
Konsultan Keluarga Muslim
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال