Hadapi Kehadiran SCO, Pengamat: Umat Islam Punya Potensi Jadi Negara Global

Kendaribertakwa.com: Media dakwah online di Kendari, Sulawesi Tenggara yang menyajikan berita Islami. Tampil dengan memandang berbagai peristiwa dengan sudut pandang Islam. Pusatnya artikel Islami untuk membangkitkan budaya literasi kaum muslimin khususnya di Kota Kendari.

Membincang posisi umat Islam di tengah dinamika politik internasional saat ini, dalam hal ini terhadap hadirnya Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana memaparkan, kaum Muslim sebenarnya memiliki potensi menjadi sebuah negara global.

“Di sinilah tentunya potensi itu ada. Karena umat Islam punya latar belakang sejarah untuk bisa menjadi negara global di masa kekhilafahan dahulu,” ujarnya dalam Kabar Petang: Blok Beijing-Moskow Ubah Konstelasi Politik Dunia? di kanal YouTube Khilafah News, Rabu (21/9/2022).

Penting diketahui, umat Islam yang terpecah belah dalam berbagai negara bangsa (nation state) saat ini, tidak lagi menjadi satu kekuatan utuh sebagaimana di era kepemimpinan atas kaum Muslim sedunia di bawah naungan Khilafah Islam.

“Dengan terpecah belahnya, ini tidak menjadi kekuatan yang kuat, dominan dan determinan di kancah global,” jelasnya, sembari menyampaikan PR awal umat Islam yang mengharuskan kembali menggunakan prinsip dasar Islam dalam bernegara.

Pasalnya, kekuatan akidah Islam adalah modal awal bagi negeri Muslim menghadapi kapitalisme global Amerika Serikat (AS) seperti saat ini atau bahkan komunisme-sosialisme seperti ketika Uni Soviet masih berdiri.

Sementara selain menggunakan ideologi (mabda’) Islam untuk mengatur tatanan global, Budi mengajak kaum Muslim untuk senantiasa menyatukan kekuatan di tengah keterpecahan menjadi berbagai negara bangsa dimaksud yang memang melemahkan kekuatan politik umat Islam seperti saat ini.


Sekilas SCO

Sekadar informasi, Organisasi Kerja Sama Shanghai (Shanghai Cooperation Organisation; SCO) atau Pakta Shanghai merupakan sebuah organisasi antar bangsa di kawasan Asia yang terdiri dari 8 negara anggota yaitu Cina, Rusia, Kazakstan, Kirgistan, Tajikistan, Uzbekistan, India dan Pakistan, serta empat pengamat dari Eurasia. Selain 8 negara anggota dan 4 pengamat, SCO saat ini memiliki 9 mitra dialog dan 4 masukan kehadiran tamu.

Ditambah, pada pertemuan tingkat tinggi aliansi ke-21 yang diadakan di Dushanbe, Tajikistan tersebut, dan telah rampung pada akhir pekan ini juga telah menandai keanggotaan baru Negara Iran yang selama ini berstatus sebagai anggota pengamat di organisasi itu.

Halnya dalam rentang 20 tahun terakhir, sejak terbentuk pada 15 Juni 2001, SCO, organisasi yang menyumbang sekitar 40 persen dari populasi dunia dan 28 persen dari produk domestik bruto (PDB) global itu juga disebut telah mencapai beberapa keberhasilan yang luar biasa.

Para pemimpin negara-negara anggota SCO berhasil meredakan perbatasan historis, membangun mekanisme kerja sama prosedural, dan memajukan diskursus umum tentang kejahatan, separatisme, dan ekstremisme.

Bahkan seperti dilansir TASS Russia News Agency, Juru Bicara Kremlin Rusia Dmitry Peskov, menegaskan di saluran televisi Rossiya-1 pada Ahad (18/9), bahwa SCO dapat dipandang sebagai penyeimbang G7, seperti yang dikatakan negara Barat ataupun AS.

Dengan demikian, kata Budi, penting dipahami bahwa selevel negara Cina dan Rusia saja membutuhkan kerja sama semisal SCO, untuk bisa menghadapi pengaruh hegemoni global AS. “Selevel Cina-Rusia saja mereka butuh kerja sama untuk bisa menyatukan kekuatan menghadapi hegemoni global Amerika,” tutur Budi.

Artinya, negeri-negeri Muslim yang lebih rendah kapabilitas negaranya dibandingkan adidaya maupun negara-negara besar lainnya saat ini, untuk bisa masuk ke kancah global, benar-benar menjadi PR bersama yang sangat besar.

Apalagi kata Budi, mereka terbelit dengan kepentingan nasional masing-masing. “Sekarang kan dengan mengikuti rezim nation state yang digalang oleh negara-negara Barat, umat Islam kemudian menjadi terpecah belah,” tandasnya.

Oleh karena itu, tegasnya sekali lagi, kaum Muslim harus melepaskan sekat-sekat kebangsaan agar kembali menjadi satu kekuatan yang utuh. “Saya pikir itu yang harus diambil pelajaran kita umat Islam dan tentunya penguasa-penguasa di negeri Muslim saat ini,” pungkasnya.[]

Sumber: Media Umat | www.mediaumat.id

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال