Ada seorang yang sangat lancang kepada Allah. Dengan mengatakan bahwa kalo dia berdakwah maka akan sulit kaya.
Ada lagi seorang yang berkata bahwa kalo tidak pakai riba bagaimana bisa punya rumah?
Ada lagi orang yang berkata bahwa dia tak akan berhasil bisnis kalo ga ambil modal riba bank.
Ada lagi yang menuduh bahwa dakwah ini akan susah sekali dan aku tak kan mampu.
Na'udzubillah min dzalik. Tidakkah dia sadar bahwa persangkaan buruknya itu berarti menganggap Allah itu lemah? Menganggap Allah tak akan mampu memenuhi kebutuhannya jika dia berdakwah sehingga tidak full nyari duit? Bagaimana mungkin seorang yang mengaku beriman bisa muncul pikiran kotor yang sangat lancang dan melecehkan Tuhannya? Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?
Bagaimana mungkin ada hamba yang diciptakan oleh Allah dan dijamin rejekinya kemudian membuat tuduhan keji bahwa Allah tidak mampu memberikan rejeki berupa rumah, motor, mobil dll selain dengan jalan penuh dosa yakni riba? Bagaimana mungkin ada hamba yang setiap tarikan nafasnya atas ijin Allah bisa selancang ini dalam menuduh Allah?
Bagaimana mungkin ada hamba yang telah mendengar janji Allah bahwa Dia pasti menolong hambaNya yang berjuang di jalanNya. Dan pasti memenangkan umat ini kemudian masih menuduh bahwa Allah akan membiarkan dirinya dalam perjuangan ini?
Sungguh semua ini muncul akibat kebodohan diri. Akibat tak memahami siapa Allah dengan segala kuasaNya. Bahwa Allah Atas segala sesuatu berkuasa. Jika Dia berkehendak maka pasti terjadi. Dan jika Dia berjanji pasti akan ditepati.
Padahal resiko berjuang ini tak ada kaitan sedikitpun dengan umur dan rejeki. Jika waktunya mati maka pasti mati baik sedang berjuang maupun tidak. Demikian pula dengan rejeki pasti datang sesuai jadwal yang sudah Allah tentukan apapun kondisi kita.
Dan Allah akan memberikan sesuai persangkaan manusia terhadapnya.
Maka bersangkalah baik kepada Allah dalam urusan dunia lebih lebih urusan akhirat. Bahwa selama kita berusaha untuk taat maka Allah akan mudahkan semua urusan kita. Akan mengampuni semua dosa kita dan menjadikan kita ahlul jannah. Aamiin.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]
Mati kita tanamkan kedalam diri kita, bahwa Allah pasti menolong kita baik sebagai individu, jama'ah maupun umat Islam seluruh dunia. Tugas kita hanya wajib beriman dengan sepenuhnya. Meyakini Allah Maha Kuasa dan meyakini janji Allah pasti benar kemudian kita istiqomah berjuang di jalanNya hingga akhir waktu. Wallaahu a'lam. []
Oleh: Ustaz Ir. Abu Zaid
Konsultan Keluarga Muslim
Rubrik
Nafsiyah