Lima Kiat Berdakwah di Medsos Ala Aab El Karimi

Kendaribertakwa.com: Media online di Kendari Sulawesi Tenggara yang menyajikan berita Islami. Tampil dengan memandang berbagai peristiwa dengan sudut pandang Islam.

Influencer Dakwah Aab El Karimi menyampaikan lima kiat berdakwah lewat sosial media agar lebih mudah diterima obyek dakwah.

“Kalau kita bicara tentang sosial media, sosial media itu kan tempat berkumpulnya orang, kalau kemudian kita mau menyasar gen Z atau orang-orang dengan rentang usia tertentu maka pertama yang harus kita lakukan mencari platform yang sesuai,” tuturnya dalam Diskusi Media Umat: Hijrah vs Hedon, Sabtu (31/7/2022) di kanal YouTube Media Umat.

Pertama, karakter obyek dakwah perlu dipelajari karena masing-masing platform memiliki perbedaan.

“Kita harus pelajari dulu karakter-karakter orang yang ada di tiap platform karena berbeda ya, antara orang yang ada di Instagram dengan orang yang mayoritas orang yang ada di TikTok atau mayoritas orang yang ada di stage video atas, dari platform mempelajari interaksi yang berada di sosial media itu bagian dari kita mengenal obyek yang akan kita dakwahi,” imbuhnya.

Menurut Aab, perlu ada riset kecil agar bisa mengenali obyek dakwah dan mengetahui platform media sosial yang cocok dengan mereka.

“Minimal kita harus riset kecil saja, misalnya kalau kita mau mencari orang-orang yang secara usia lebih muda ya otomatis TikTok karena yang trend ini membuktikan bahwa Citayam Fashion Week ini adanya di TikTok. Kalau kita mau bersentuhan dengan orang-orang yang agak estetik, agak dewasa sedikit itu ada di Instagram, kalau kita mau bersentuhan dengan orang-orang yang senangnya terbuka, karakternya nyelekit kemudian senang berdiskusi itu di Twitter,” paparnya.

Kedua, yang perlu diperhatikan adalah potensi subyek dakwah.

“Yang kedua, yang paling mudah itu menentukan kita itu potensinya ada di mana, kita itu punya kemampuan apa dan kemudian kita kaitkan dengan apa yang relevan di zaman ini. Kalau kemudian bicara tentang relevansi era hari ini kan era video dan maka akan akan lebih relevan kalau kita bermain di ranah video,” bebernya

Ketiga, menyesuaikan kemampuan subyek dakwah dengan karakter obyeknya.

“Yang lainnya itu tinggal disesuaikan dengan kemampuan kita, nah yang terakhir memang penyesuaian dengan karakter kita. Kalau misalkan karakter audience kita itu anak muda maka bahasa itu harus dibuat santai, gaya pakaian kita itu enggak boleh formal. Kalau misalkan sasaran usia kita itu 15, 17, 20 kita bikin video itu pakai batik juga jadi satu masalah sebenarnya. Masalah karena itu akan membuat jarak, makanya itu harus penyesuaian, sampai penyesuaian itu dari bahasa, dari bacground video dari busana itu harus disesuaikan,” jelasnya.

Keempat, mencari trigger (pemicu) yang tepat sehingga dakwah melalui sosial media lebih mudah diterima.

“Nah sisanya tinggal bagaimana kita mencari trigger-trigger sebetulnya. Karena untuk sebuah gagasan itu diterima banyak kita itu harus memanfaatkan trigger. Bagaimana mencari satu fenomena viral kemudian kita angkat dan kita arahkan, kita frame, kita bingkai ke gagasan yang kita maksud, itu pola-pola seperti ini memang suatu pola lumrah yang kita juga harus menguasai itu,” tegasnya.

Kelima, obyek yang lebih muda cenderung kurang menyukai sesuatu yang konfrontatif.

“Terakhir sedikit tips ketika kita menyentuh mereka generasi-generasi yang jauh lebih muda mereka itu kan karakternya enggak senang konfrontatif, maka sudut pandang yang bisa dipakai itu ya sudut pandang empati, sudut pandang emosional, tidak sudut pandang penghakiman. Kalau kita mainin itu dengan narasi-narasi yang baik kita cenderung akan lebih mudah diterima,” pungkasnya.[]

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال