Soal:
Pada saat kezaliman merajalela di tengah-tengah umat, ketika para aktivis dan ulama ditangkapi, dan organisasinya difitnah dan dikriminalisasi, banyak pertanyaan. Kapan kezaliman itu akan dihancurkan oleh Allah?
Jawab:
Sejarah umat manusia tidak bisa dilepaskan dari kezaliman yang dilakukan oleh manusia. Allah merekam peristiwa itu di dalam al-Quran:
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ ٦ إِرَمَ ذَاتِ ٱلۡعِمَادِ ٧ ٱلَّتِي لَمۡ يُخۡلَقۡ مِثۡلُهَا فِي ٱلۡبِلَٰدِ ٨ وَثَمُودَ ٱلَّذِينَ جَابُواْ ٱلصَّخۡرَ بِٱلۡوَادِ ٩ وَفِرۡعَوۡنَ ذِي ٱلۡأَوۡتَادِ ١٠ ٱلَّذِينَ طَغَوۡاْ فِي ٱلۡبِلَٰدِ ١١ فَأَكۡثَرُواْ فِيهَا ٱلۡفَسَادَ ١٢ فَصَبَّ عَلَيۡهِمۡ رَبُّكَ سَوۡطَ عَذَابٍ ١٣ إِنَّ رَبَّكَ لَبِٱلۡمِرۡصَادِ ١٤
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ad? (Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain; kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah; juga kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak), yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu. Karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab. Sungguh Tuhanmu benar-benar mengawasi (QS al-Fajr [89]: 6-14).
Rekaman peristiwa ini untuk memberikan gambaran kepada kita, bahwa semua kezaliman yang mereka lakukan ada akhirnya. Semua dilihat oleh Allah. Allah juga tidak pernah lupa. Semua dicatat dan dibalas. Ada yang dibalas seketika. Ada yang ditangguhkan. Allah SWT berfirman:
وَسَيَعۡلَمُ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ أَيَّ مُنقَلَبٖ يَنقَلِبُونَ
Orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali (QS asy-Syu’ara’ [26]: 227).
Hanya saja, banyak yang mengira hukuman Allah kepada orang zalim itu harus cepat dan langsung begitu kezalimannya itu mereka lakukan. Padahal tidak demikian. Ini jelas keliru. Sebaliknya, Allah membiarkan orang-orang yang zalim itu melakukan praktik kezalimannya.
Pertama: Fase pembiaran dan penangguhan. Allah SWT membiarkan dan menangguhkan kezaliman mereka, untuk memberi kesempatan mereka bertobat, dan kembali ke jalan yang benar.
وَأُمۡلِي لَهُمۡۚ إِنَّ كَيۡدِي مَتِينٌ ١٨٣
Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh rencana-Ku amat tangguh dan terencana, kuat, dan tidak ada yang menandinginya (QS al-A’raf [7]: 183).
Kedua: Istidraj. Istidraj, dari kata daraja. Artinya, naik sedikit demi sedikit, dari bawah ke atas. Kebalikannya, daraka, yaitu turun dari atas ke bawah. Istidraj artinya ditarik ke atas, dengan diberi nikmat, kemudahan dan berbagai kemewahan. Namun, semuanya itu melalaikan mereka sehingga bukannya mensyukuri zat yang memberi nikmat, malah sebaliknya.
Allah SWT berfirman:
فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ أَبۡوَٰبَ كُلِّ شَيۡءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُوٓاْ أَخَذۡنَٰهُم بَغۡتَةٗ فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُونَ ٤٤
Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka sehingga jika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami menyiksa mereka dengan sekonyong-konyong. Ketika itu mereka terdiam berputus asa (QS al-An’am [6]: 44).
Karena itu Allah SWT berfirman:
سَنَسۡتَدۡرِجُهُم مِّنۡ حَيۡثُ لَا يَعۡلَمُونَ
Akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka ketahui (QS al-A’raf [7]: 182).
Maknanya, bukan dunia ini menjadi sempit bagi orang yang zalim. Akan tetapi, dunia dibukakan bagi dia, kedudukannya diangkat, segala kelezatan dunia dilapangkan, diberi keberhasilan dan kemenangan. Allah memberikan kepada dia apa yang dia inginkan.
Ketiga: Tazyin, perbuatan buruk mereka diperindah. Mereka tidak merasa bahwa perbuatan zalim dan jahat mereka adalah perbuatan buruk. Sebaliknya, mereka merasa bahwa perbuatan zalim dan jahat mereka semuanya baik-baik saja. Malah mereka menuduh perbuatan baik sebagai perbuatan jahat.
Allah SWT befirman:
وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَعۡمَٰلَهُمۡ ٣٨
Setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan (buruk) mereka (QS al-’Ankabut [29]: 38).
Pada fase ini, hati orang yang zalim itu benar-benar mati. Dia melihat segala tindak-tanduknya baik, bahkan dia melihat hal yang dia pandang itu wajib dilakukan. Kehidupan di hatinya tidak kembali lagi. Kehidupan (hati) yang bisa mencela kejahatan yang dia lakukan, semuanya itu mati. Dia menikmati kezaliman dan kejahatan yang dia lakukan. Tanpa risih dan bermasalah.
Keempat: Akhdz, siksa dan azab. Setelah ketiga fase di atas, tetap tidak sadar, maka Allah baru akan mengazab mereka. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَكَذَٰلِكَ أَخۡذُ رَبِّكَ إِذَآ أَخَذَ ٱلۡقُرَىٰ وَهِيَ ظَٰلِمَةٌۚ إِنَّ أَخۡذَهُۥٓ أَلِيمٞ شَدِيدٌ
Begitulah siksa Tuhanmu jika Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat (QS Hud [11]: 102).
Pada tahapan ini, azab Allah SWT turun secara berangsur-angsur kepada orang yang zalim dan azabnya amat perih. Bagi Allah SWT sangat mudah membinasakan mereka.
Karena itu Allah SWT mengingatkan:
فَلَا تَعۡجَلۡ عَلَيۡهِمۡۖ إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمۡ عَدّٗا ٨٤
Janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (memintakan azab) atas mereka karena Kami menghitung dengan hitungan teliti (datangnya hari siksaan) untuk mereka (QS Maryam [19]: 84).
Imam al-Qurthubi memberikan penjelasan tentang azab yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang yang zalim:
وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعۡضَ ٱلظَّٰلِمِينَ بَعۡضَۢا بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ
Demikianlah Kami menjadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan (QS al-An’am [6]: 129).
Makna “Nuwalli” di sini adalah: “Kami menimpakan kepada mereka yang zalim itu orang zalim yang lain sehingga dia membinasakan dan menghinakannya.” Ini merupakan ancaman bagi orang yang zalim. Jika dia tidak menghentikan kezalimannya, Allah akan menimpakan kepada mereka orang zalim yang lain. Berkuasa dan memerintah mereka. Termasuk di dalam ayat ini adalah semua orang yang mezalimi diri dan keluarganya. Kezaliman itu sama dengan mengundang murka Allah, atau mezalimi rakyat, atau pedagang mezalimi orang, dengan dagangannya, atau majikan mezalimi buruh yang bekerja untuknya.
Itulah makna “Nuwalli”: “Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim itu sesama orang yang zalim.” Jadi, ini juga bagian dari azab Allah SWT.
WalLahu a’lam. [KH. Hafidz Abdurrahman]
Rubrik
Soal Jawab