Jalan dakwah itu jalan sunyi. Sunyi bukan semata karena sedikitnya orang yang mau melakukannya. Namun dakwah memang jalan sunyi yang tidak boleh mengharap popularitas di mata manusia untuk pribadi para pengembannya.
Pertama, bahwa dakwah hanya dilakukan oleh sedikit manusia. Bahkan Rasulullah Saw menyebut mereka sebagai Al ghuroba yakni orang orang terasing. Sebagaimana sabda Baginda Nabi Muhammad SAW:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنَ سَنَّةَ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيباً ثُمَّ يَعُودُ غَرِيباً كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنِ الْغُرَبَاءُ قَالَ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ
Dari ‘Abdurrahman bin Sannah. Ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabad, “Islam itu akan datang dalam keadaan asing dan kembali dalam keadaan asing seperti awalnya. Beruntunglah orang-orang yang asing.” Lalu ada yang bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai ghuroba’, lalu beliau menjawab, “(Ghuroba atau orang yang terasing adalah) mereka yang memperbaiki manusia ketika rusak.” (HR. Ahmad 4: 74. Berdasarkan jalur ini, hadits ini dho’if. Namun ada hadits semisal itu riwayat Ahmad 1: 184 dari Sa’ad bin Abi Waqqosh dengan sanad jayyid)
Salam riwayat ini manusia yang melakukan perbaikan pada saat manusia rusak adalah orang orang yang terasing. Artinya sedikit orang yang mau melakukan itu. Ditengah mayoritas manusia rusak. Itulah yang kita saksikan saat ini. Dimana makin sedikit manusia yang tidak hanya ingin baik secara pribadi namun juga peduli untuk memperbaiki manusia lain.
Sebagian ulama terdahulu mengatakan,
عَلَيْكَ بِطَرِيْقِ الحَقِّ وَلاَ تَسْتَوْحِشُ لِقِلَّةِ السَّالِكِيْنَ وَإِيَّاكَ وَطَرِيْقَ البَاطِلِ وَلاَ تَغْتَرُّ بِكَثْرَةِ الهَالِكِيْنَ
“Hendaklah engkau menempuh jalan kebenaran. Jangan engkau berkecil hati dengan sedikitnya orang yang mengikuti jalan kebenaran tersebut. Hati-hatilah dengan jalan kebatilan. Jangan engkau tertipu dengan banyaknya orang yang mengikuti yang kan binasa” (Madarijus Salikin, 1: 22).
Jelas bahwa posisi pengemban dakwah saat ini secara zhohir makin sedikit dan makin terjepit oleh kezholiman para penguasa dan pengikutnya.
Kedua, dakwah bukanlah jalan untuk meraih popularitas. Meski bisa saja seorang pengemban dakwah menjadi populer dan dielu elukan oleh umat. Namun jika itu terjadi justru akan menjadi ujian berat baginya. Dia sama sekali tak boleh mengharap kepopuleran di mata manusia. Namun wajib tetap berjalan dalam sunyi ditengah tatapan mata para penggemar nya.
Oleh karena itulah maka pengemban dakwah adalah manusia yang hanya berharap kepada Allah. Mereka tak menjadi lemah meski seorang diri. Mereka juga tak menjadi lebih semangat karena bersama banyak orang. Namun semata mata berjalan bersama Allah SWT. Jadi tetaplah dia maju mengemban dakwah andai dia sendirian.
Ibnu Mas’ud Ra berkata,
الجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الحَقَّ وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ
“Yang disebut jama’ah adalah jika mengikuti kebenaran, walau ia seorang diri.” (Dikeluarkan oleh Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq 2/ 322/ 13).
Wallaahu a'lam.[]
Konsultan Keluarga Muslim
Rubrik
Nafsiyah