Promosi minuman beralkohol (minol) gratis bagi yang memiliki nama Muhammad dan Maria yang diusung kafe Holywings beberapa waktu lalu, dinilai sebagai bagian dari narasi besar desakralisasi agama.
“Ini sudah jadi narasi, dan narasi apa yang dikembangkan di Indonesia adalah desakralisasi agama,” ujar Dai Muda dan Inspirator Hijrah Nasional Ustaz Felix Siauw dalam Catatan Demokrasi: Dituduh Penistaan Agama, Haruskah Holywings Ditutup? di kanal YouTube tvOne News, Rabu (29/6/2022).
Ia menyebut, narasi besar itu untuk melemahkan fungsi-fungsi agama. Sehingga harus diwaspadai bersama. “Saya melihat ini adalah narasi besar yang harus diwaspadai sama-sama,” sambungnya.
Mengawali dengan sebuah peribahasa Arab, ‘Kalau anda ingin terkenal, selisihi orang lain’, atau lebih dari itu, ‘Kencingi air zamzam, pasti kamu terkenal’, Felix menerangkan, promo tersebut bukan hanya penistaan agama, tetapi memang bagian dari sebuah kampanye yang terstruktur, tersistematis dan pasti disengaja.
“Saya dari tahun 2008 sampai tahun 2014 itu di manajer marketing. Jadi kita tahu proses marketing itu seperti apa,” ucapnya meyakinkan semua yang hadir. Di antaranya, Pegiat Media Sosial Eko Kuntadhi, Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahadiansyah, Aktivis Kebhinekaan dan Perdamaian Ahmad Nurcholis, Pelapor Holywings dari kalangan Katolik Erles Rareral, serta Pelapor Muslim Kasus Penistaan Agama Holywings Eggi Sudjana.
Dengan kata lain, kalau ingin terkenal, lanjut Felix, memang harus melakukan sesuatu yang menyelisihi kebiasaan. “Semakin besar kadar penyelisihan itu, maka semakin besar pula kontroversi yang akan didapatkan,” tuturnya.
Lebih lanjut, apabila delta kontroversi semakin besar, maka bertambah besar pula interes dan atensi yang dihasilkan.
Lantaran itu terkait promosi Holywings, dicarilah oleh mereka yang kira-kira paling berseberangan saat ini. Lalu disasarlah Islam yang notabene mengharamkan minum minol.
“Maka dicarilah, berarti Islam. Kalau begitu simbol Islam yang paling kuat siapa? Simbol Islam yang paling kuat adalah Nabi Muhammad,” tandasnya.
“Kenapa? Karena nama Nabi Muhammad ini lebih penting daripada segala-galanya bagi orang Muslim,” tambahnya menegaskan.
Namun agar tidak terendus niatan busuk menista Islam, ia memandang perlunya Holywings menyandingkan nama ‘Maria’, sosok yang disucikan umat Katolik, yang ternyata di dalam Islam juga demikian. Sebab, kesuciannya pernah disebut Rasulullah SAW dengan nama Maryam.
Dengan demikian, konsep seperti itu pasti dianggap Holywings bakal menimbulkan kontroversi. “Pasti menimbulkan kontroversi dan ini adalah dalam ilmu komunikasi, atensinya dapat, interesnya dapat,” tukas Felix.
Di samping itu karena pernah menjadi manajer marketing, ia pun mengatakan bahwa sebuah perusahaan pasti memiliki nilai, prinsip, ataupun budaya yang harus dijunjung oleh level direksi hingga tukang sapu sekalipun.
Sehingga ia khawatir, kalau-kalau pihak manajemen Holywings sudah memberikan arahan kepada seluruh karyawan, bahwa mereka memang ingin berhadap-hadapan dengan sesuatu yang bersifat mainstream, kendati mungkin produk yang dijual tidak demikian.
Artinya, kata Felix, promosi tersebut hanyalah puncak dari gunung es yang di bawahnya ia melihat terdapat narasi besar yang ia sebutkan tadi. Sehingga ia membenarkan bahwa tindakan tersebut bukan sekadar kreatif kebebasan.
Harusnya…
Di sisi lain, ia juga tidak setuju seandainya Holywings ditutup. Pasalnya, masalah utamanya bukan itu. “Yang harusnya ditutup itu yang lebih besar. Khamarnya yang dilarang, mirasnya yang dilarang,” imbaunya.
Meski kadar alkoholnya di bawah lima persen sekalipun. “Kenapa kemudian miras yang di bawah lima persen doang yang diperbolehkan? Berarti mabuk lima persen boleh?” imbuhnya menyesalkan.
Sedangkan karyawan Holywings yang berjumlah sekitar tiga ribu orang dari keseluruhan 44 cabang, kata Felix, masih bisa bekerja asalkan Holywings tetap beroperasi.
“Kan bisa jualan air, bisa jualan susu kedelai, bajigur, disebarkan ke seluruh Indonesia, kan dapat untung juga,” ucapnya, disusul senyum dan anggukan dari para panelis yang hadir.
Bagaimanapun kalau bicara hukum, menurutnya enggak bakalan habis. Sebab dari para pakar hukum saja masih terdapat perbedaan sudut pandang. “Saya berbicara tentang etis,” timpalnya.
Perlu dipahami, dari ribuan karyawan ketika masih bekerja di sana dan menjual khamar, mereka selama ini sebenarnya telah mendapatkan sanksi sosial di masyarakat yang sebenarnya pula lebih kejam dan menyulitkan daripada hukuman dari segi hukum, penjara misalnya.
Sehingga, apabila dikaitkan lagi dengan promosi tersebut, ia yakin seluruh Muslim di Indonesia bahkan, sepakat kalau tindakan itu bagian dari penistaan agama.
Asal orang-orang tahu, kemuliaan Nabi Muhammad SAW dibandingkan dengan siapa pun di dunia ini, tegas Felix sekali lagi, itu lebih murah nyawa manusia pada umumnya.
Ia pun berharap, janganlah berhenti pada puncak gunung es tadi. Karena ada narasi besar yang harus diselesaikan bersama. “Hukum jera. Supaya orang-orang di luar sana tahu, bahwasanya jangan main-main berkaitan dengan agama,” pungkasnya.[]
Rubrik
Nasional