Hasil survei yang dilakukan Populix dalam rangka memperingati Hari Media Sosial Indonesia yang menyebut hampir seluruh responden (79 persen) menggunakan media sosial untuk menikmati waktu luang dan mencari informasi atau berita terbaru, dinilai merupakan sebuah potensi serta peluang dakwah yang amat besar.
“Tentu ini sebuah potensi serta peluang dakwah yang amat besar bukan?” ujar Konsultan Komunikasi Pemasaran Syariah Bey Laspriana Husein kepada Mediaumat.id, Jumat (15/7/2022).
Bey mengatakan, data survei pengguna media sosial tersebut mengonfirmasi bahwa di dunia khususnya Indonesia telah memasuki apa yang disebut dengan The Digital Age (Abad Digital). Kecanggihan teknologi IT membuat setiap orang bisa berperan ganda, yakni menjadi pengguna sekaligus produsen informasi.
Kemajuan ini juga meniscayakan terjadinya over load information (banjir informasi), dunia maya menjadi ‘berisik’ bahkan dalam banyak fakta mengakibatkan keramaian hingga kegaduhan yang biasa disebut dengan istilah viral sehingga bisa menciptakan tekanan opini publik secara politik.
Menurutnya menarik untuk dicermati, bahwa rentang usia pengguna sosmed yang sangat lebar, yaitu 18 tahun hingga 55 tahun sebanyak 87% dan 79%-nya menggunakan sosmed untuk menikmati waktu luang, mencari dan up-date (perbaruan) berbagai info terkini selama 1 sampai 4 jam sehari. Itu artinya sosmed sudah menjadi bagian dan gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini.
Bey memandang, dalam konteks serta pandangan dakwah, komunikasi medsos ini merupakan tempat orang banyak berkumpul sehingga bisa saling berbagi informasi keislaman, saling sapa, berinteraksi bahkan saling mempengaruhi satu sama lain dalam rentang jangkauan amat luas (borderless) yang sulit untuk dijangkau oleh aktivitas luring (offline).
Meski begitu, ternyata tidak mudah untuk bisa memengaruhi publik melalui media sosial. Sebab begitu ramainya berbagai informasi bertebaran baik info bermutu maupun yang tidak bermutu. Belum lagi menghadapi perlakuan negatif di medsos yang mencapai hingga 80 persen.
Tips Berdakwah
Terakhir ia mengigatkan, ada sejumlah tantangan bagi para aktivis dakwah ketika hendak memanfaatkan media sosial sebagai kanal interaksinya. Oleh karena itu Bey memberikan tips-tips bagi para aktivis dakwah yang hendak memanfaatkan media sosial.
Pertama, pesan, gagasan, ide dan ilmu dalam dakwah yang disampaikan sesuai dengan segmen dan pastinya memiliki karakter khas atau unik.
Kedua, pendekatannya harus sesuai. Yakni kesesuaian dalam penggunaan gaya bahasa, ungkapan, istilah, tutur dan alur (sistematika) berpikir.
Ketiga, pengemasan pesan. Melihat data survei tersebut yang menyebut youtube, tiktok, reels (instagram) cukup dominan digunakan oleh para warganet, maka pengemasan pesan dalam bentuk audio visual adalah pilihan paling strategis.
Keempat, menentukan pilihan kanal media yang tepat. Sebab setiap kanal memiliki penggemarnya sendiri-sendiri.
Kelima, berpikir kreatif (out of the box). Menurut Bey, semakin pesan dakwah dikemas dengan cara yang berbeda atau unik (different) serta mengambil posisi yang pas (positioning), maka peluang untuk dilirik bahkan diikuti dan di‘share’ secara luas dengan sukarela akan semakin besar.
“Tapi, tentu saja semua itu harus tetap dalam frame of mind dan frame of work yang syar’iy dan tidak keluar dari aqidah Islam,” pungkasnya.[]
Rubrik
Opini