Pentingnya Kedisiplinan Pengemban Dakwah



Allah SWT berfirman (yang artinya): Sungguh yang sebenar-benar orang Mukmin ialah mereka yang mengimani Allah dan Rasul-Nya dan jika mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan (seluruh kaum Muslim), mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepada dia (TQS an-Nur [24]: 62).

Dalam ayat di atas jelas sekali Allah memerintahkan kepada orang-orang Mukmin untuk meminta izin kepada Rasulullah saw. manakala mereka tidak bisa datang atau uzur tidak bisa memenuhi kewajiban menghadiri pertemuan dengan beliau.

Yang dimaksud di sini bukan hanya urusan jihad saja, tetapi semua urusan yang memerlukan kehadiran kaum Muslim tanpa kecuali. Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir dan Imam ath-Thabari menjelaskan makna “suatu urusan yang memerlukan pertemuan,” bukan hanya peperangan, pertemuan atau musyawarah saja; tetapi termasuk juga shalat Jumat, shalat Id, bahkan shalat jamaah lima waktu (lihat: Tafsir Ibnu Katsîr, 6/88; Tafsir ath-Thabari, 19/228).

Betapa pentingnya izin dari Rasulullah dan para pemimpin sepeninggal Beliau saw. sehingga Allah menjadikan hal ini sebagai salah satu syarat kesempurnaan iman seseorang. Kalau tidak bisa datang berjamaah sholat lima waktu saja, seorang Muslim harus izin terlebih dulu. Apalagi dalam urusan jamaah yang merupakan bagian dari perjuangan yang utama.

Bentuk kejadian yang bertolak belakang dengan ayat di atas jika dikaitkan dengan aktivitas dakwah di antaranya adalah tidak hadir mengikuti kajian tanpa izin atau pemberitahuan sama sekali. Seolah-olah hal ini bukan merupakan maksiat kepada Allah. Bahkan mungkin tidak jarang yang mangkir dari pertemuan, kajian, atau kegiatan-kegiatan lainnya justru mereka yang diberi amanah sebagai orang yang seharusnya memberikan contoh dan keteladanan. Padahal Rasulullah saw. bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian tidak bisa hadir dalam suatu majelis, atau akan meninggalkan majelis, maka hendaklah ia mengucapkan salam (meminta izin), dan tidaklah yang pertama kali datang lebih utama dari yang belakangan.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)/

Ringkasnya, dalam dakwah Islam, konsep disiplin diri dan disiplin dalam berjamaah sangatlah ditekankan. Tanpa disiplin, tidak seorang Muslim sekaligus pengemban dakwah akan mampu untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan dari Allah termasuk tidak mampu menemui tegaknya kemenangan perjuangan.

Allah berfirman (yang artinya): Tetaplah kamu di jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertobat beserta kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh Dia Maha Melihat apa saja yang kamu kerjakan (TQS Hud [11]: 112).

Walhasil, kemampuan individu Muslim termasuk aktivis dakwah untuk tetap di jalan yang benar, tanpa terpengaruh oleh godaan-godaan untuk berbuat maksiat dan penelantaran amanah, ini salah satu bentuk nyata kedisiplinan bagi seorang pejuang. WalLâhu a’lam. [M. Arifin ; (Ketua Tabayyun Center)]

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال