Menanggapi tulisan Guru Besar UI Profesor Ronnie Rusli Higuchi, yang mengatakan kejadian di Sri Lanka tidak bisa terjadi di Tanah Air, Direktur Siyasah Institute, Iwan Januar pun sepakat dengan meyakinkan bahwa mental rakyat, pejabat Indonesia, akademisi dan mahasiswa memang benar-benar jatuh.
“Saat ini mental rakyat dan pejabat Indonesia, termasuk para akademisi dan mahasiswanya memang benar-benar jatuh,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Kamis (14/7/2022).
Iwan menjelaskan jika di banyak negara, saat krisis terjadi akibat kesembronoan para pemimpinnya, apalagi terindikasi korupsi dan nepotisme, kemarahan rakyat memuncak. “Tapi di Indonesia hal seperti ini sulit terjadi,” imbuhnya.
Ia pun memberikan alasan kenapa hal tersebut bisa terjadi.
Pertama, umumnya orang di sini mencari aman kedudukan mereka sendiri, alias egois. Tak mau ambil risiko yang membahayakan posisi mereka, meski itu untuk kepentingan besar.
“Bukan hanya menimpa rakyat, tapi para pejabat, politisi, akademisi, mahasiswa, aparat, tentara, termasuk para tokoh agama. Jangankan aksi turun ke jalan, mendiskusikan soal perubahan saja, banyak di antara mereka yang mengkeret takut kehilangan jabatan,” paparnya.
Kedua, rakyat sudah merasa senang dengan dapat jatah sedikit biarpun hak mereka dirampok para taipan dan hak politik mereka dibegal oligarki. “Lihat saja, bansos dirampok menteri dari parpol yang berkuasa, rakyat tetap anteng. Harga-harga kebutuhan hidup naik, juga tidak bereaksi,” bebernya.
Menurutnya kondisi sosiologis macam begini membuat pemerintah tidak takut mencabut subsidi atau menaikkan harga kebutuhan hidup rakyat berapa pun. “Mereka tahu, rakyat takkan protes apalagi berani turun ke jalan melengserkan pejabat,” ungkapnya.
Ketiga, Iwan menegaskan adanya doktrin keagamaan yang salah dimana orang Islam disuruh sabar dan bersyukur namun pada persoalan yang keliru. “Misalnya, hidup makin susah karena hak mereka ditahan penguasa, sementara para penguasanya tetap kaya, maka muncul doktrin dari tokoh agama kalau hidup ini harus bersyukur dan bersabar,” jelasnya.
Iwan menambahkan juga adanya doktrin taat pada ulil amri yang bagaimanapun sikapnya. “Tak peduli, semena-mena, harus nurut,” tandasnya.
Ia mengingatkan adanya sebagian tokoh agama yang mengeluarkan fatwa demikian berada di balik punggung para rezim, dan mereka mencicipi kue kekuasaan. “Inilah yang disebut politisasi agama,” pungkasnya.[]
Rubrik
Opini