Miris melihat kondisi remaja saat ini. Generasi penerus bangsa yang diharapkan mampu membangun negeri ini di masa yang akan datang justru sering menjadi pelaku kriminal. Saat Ramadhan yang baru saja berlalu kemarin, tidak banyak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh remaja saat ini, mereka justru mengisi dengan hal yang bertentangan dengan Islam termasuk tawuran yang berujung maut.
Kasus seorang siswa SMA di Yogyakarta yang dikatakan menjadi korban klitih hingga meninggal dunia pada Minggu dini hari (3/4/2022). Dan kasus perang sarung yang berujung maut yang menimpa seorang remaja umur 14 tahun di Bekasi. Menunjukkan bagaimana tindak kriminal remaja yang dilakukan di saat bulan Ramadhan.
Memang dari tahun ke tahun ketika Ramadhan sering tersiar kabar tawuran dan kekerasan remaja menjelang sahur. Oleh sebab itu, pihak Kepolisian Republik Indonesia melarang kegiatan sahur on the road, salah satunya dengan tujuan mencegah tawuran. Tapi langkah pihak kepolisian tampaknya tidak membuahkan hasil yang signifikan karena pada faktanya tindak kekerasan remaja pada Ramadhan masih tetap terjadi.
Kekerasan yang dilakukan remaja saat ini memang sangat mengkhawatirkan dan meresahkan masyarakat. Dan hal ini butuh perhatian dari seluruh komponen bangsa ini. Dikutip dari laman UGM, pakar psikologi perkembangan, Dr. Arum Febrianti, M.A, sepakat bahwa upaya pencegahan terbaik adalah dimulai dari institusi keluarga. "Kontrol orang tua, kedekatan emosi, dan membangun komunikasi dengan anak itu sangat penting," kata Arum, dalam diskusi soal geng klitih di Yogyakarta, 13 Januari 2022 seperti yang dikutip dari kanal You Tube UGM.
Ketika kita temukan kenakalan remaja, sebenarnya tidak hanya keluarga saja sebagai pihak yang bertanggung jawab tetapi harus melibatkan lingkungan dan peran negara.
Dan kalau kita cermati ada faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kenakalan remaja. Adapun faktor eksternal yaitu pengaruh lingkungan, tontonan, dan keluarga yang tidak harmonis. Sedangkan faktor internal yaitu kurangnya pemahaman Islam dan pemikiran hedonis di mana pemikiran yang menjadikan kenikmatan sebagai tujuan hidup dan keinginan remaja untuk coba-coba.
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja tersebut maka butuh solusi yang mumpuni agar remaja tidak semakin terjerumus dalam tindakan kriminal.
Islam sebagai agama yang sempurna tentu mempunyai solusi untuk mengatasi hal ini. Di dalam Islam pendidikan anak tidak hanya tanggung jawab orang tua saja tetapi juga tanggung jawab lingkungan dan terlebih lagi negara.
Keluarga sebagai institusi terkecil masyarakat mempunyai andil yang besar untuk menghindarkan remaja dari tindakan tawuran. Penanaman akidah yang kuat dan juga keterikatan terhadap aturan Islam menjadikan remaja yang berprinsip kuat. Remaja akan menyadari bahwa setiap apa yang mereka lakukan kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
Di dalam Islam ada kewajiban setiap Muslim untuk beramar makruf nahi mungkar sehingga akan ada kepedulian terhadap masalah remaja. Di dalam lingkungan masyarakat, aparat setempat akan mengarahkan remaja untuk melakukan aktivitas yang positif dan memberikan sanksi sosial terhadap remaja yang melakukan tindakan kriminal.
Tidak kalah pentingnya adalah peran negara. Negara akan membuat kurikulum pendidikan yang berbasis akidah Islam dan syariat Islam. Tujuan dari pendidikan untuk mencetak generasi berkepribadian Islam sehingga akan terwujud generasi yang mempunyai iman yang kokoh dan berwawasan luas. Di samping itu negara juga akan memfilter tontonan yang ada di media, di mana ketika ada tontonan yang mengajarkan kekerasan tentu dilarang untuk ditayangkan agar tidak menjadi tuntunan bagi remaja.
Begitulah Islam mengatasi masalah kenakalan remaja. Tetapi harus kita sadari bahwa saat ini aturan yang dijadikan pijakan negeri ini bukanlah aturan Islam jadi untuk keluar dari masalah ini maka tidak lain dengan kembali kepada aturan Islam.
Wallahu a'lam. []
Oleh: Zulia Adi K., S.E.
Sumber : https://www.tintasiyasi.com/2022/05/hanya-islam-yang-mampu-menghentikan.html
Rubrik
Opini